Terkait dengan tudingan Rumah nginap KKN Mahasiwa STKIP unika St. Paulus Ruteng di Desa Rado kaya kandang ayam, Ancik Yunarto Selaku aktivis Gerakan Angkat bicara : Itu tidak benar
Ruteng- Proletarmedia.com Rumor yang menyebutkan sejumlah Mahasiwa STKIP Unika St. Paulus Ruteng menginap di dalam kadang ayam selama menggelar KKN di Desa Rado, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, dinilai keliru dan menyesatkan oleh kepala desa Rado, Bernadus Ncuang.
Bernadus Ncuang Selaku kepala desa Rado menegaskan jika rumor tersebut tidaklah benar sebab para mahasiswa KKN ditempatkan di rumah pegawai yang memiliki tempat tidur dan dapur. Bukan kadang ayam atau sejenisnya sebagaimana rumor yang beredar.
“Mahasiswa tidak pernah tinggal di kandang ayam. Mereka ditempatkan di rumah pegawai yang memiliki ruang tidur dan dapur. Hanya saja karena rumah itu sudah lama ditinggalkan pegawai PDAM, mahasiswa sementara tinggal di bagian belakang yang bersebelahan dengan kandang ternak,” kata Bernadus, Selaku kepala desa Rado pada hari Kamis 18 September 2025.
Ancik Yunarto selaku Aktivis Gerakan sekaligus pemuda asal Rado yang sekarang sedang menempuh pendidikan pascasarjana di salah satu Kampus dikota makassar memberikan komentar terkait Polemik tersebut.
Ancik Yunarto selaku Aktivis Gerakan sekaligus pemuda asal Rado menrgaskan bahwa sebelum melepas mahasiswa untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), pihak kampus (UNIKA ) sebaiknya membekali mereka melalui forum pembekalan. Hal ini penting agar mahasiswa memahami esensi KKN, termasuk tata tertib yang harus dijunjung tinggi di lokasi pengabdian pungkas ancik Yunarto selaku Aktivis Gerakan sekaligus pemuda asal Desa Rado
Ancik mengatakan bahwa Mahasiswa perlu memahami Tri Dharma Perguruan Tinggi sejak awal, karena ketika mereka turun langsung ke lapangan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), kegiatan itu merupakan bentuk nyata dari salah satu dharma, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Jika mahasiswa tidak memahami esensi Tri Dharma, maka kegiatan KKN bisa saja berjalan tanpa arah, tidak terencana dengan baik, atau hanya sekadar formalitas.
Menurut saya, Kepala Desa Rado sudah melakukan hal luar biasa dengan menyiapkan fasilitas yang memadai bagi mahasiswa. Pengalaman pribadi saya saat KKN di salah satu desa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, ketika menjabat sebagai Koordinator Desa (Kordes), sangat berbeda. Saat itu pihak desa tidak menyediakan fasilitas lengkap, sehingga kami harus menggunakan kendaraan pribadi dari Makassar ke Gowa setiap hari selama tiga bulan. Meski cukup berat, kami tetap menjalaninya dengan penuh kesadaran, karena kami memahami bahwa KKN adalah wujud pengabdian kepada masyarakat, bukan sekadar jalan-jalan atau hiburan.
Oleh karena itu, menurut saya pihak yang mencoba membesar-besarkan masalah justru adalah orang-orang yang tidak menginginkan adanya kemajuan di Desa Rado, bahkan mungkin memiliki sedikit sentimen politik.
Tetap semangat untuk Kepala Desa Rado! Setiap kemajuan memang selalu diiringi dinamika, tetapi orang-orang hebat tentu tidak akan mudah goyah. tutupnya (*)