OKU TIMUR – Seorang ibu rumah tangga bernama Ristina menyalakan harapan dari dapurnya yang sederhana.
Berawal dari sebuah dapur sederhana di tengah sepinya aktivitas dan ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2021.
Dengan bermodalkan keberanian dan keahlian mengolah jamur, ia merintis usaha kecil yang kini dikenal dengan nama Jamocy Martapura.
Dimana usaha dengan Jamocy Martapura tersebut, terletak di Jalan Merdeka, Kelurahan Paku Sengkunyit, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan.
Saat ini, Jamocy Martapura menjadi salah satu UMKM yang bertahan dan berkembang di masa sulit.
Usaha ini bermula dari keinginan Ristina untuk membantu perekonomian keluarga di tengah keterbatasan.
“Awalnya hanya coba-coba karena belum ada yang jual jamur crispy di Martapura,” tutur Ristina saat dibincangi rekan media di warungnya, Rabu 30 April 2025.
Jamur crispy yang ia jual cukup terjangkau, dengan harga Rp 10.000 per porsi, hingga ayam crispy saus hot lava dengan harga Rp15.000 per porsi.
Ada juga ayam geprek dengan harga mulai dari Rp11.000 hingga Rp16.000. Tentunya, warung Jamocy menawarkan cita rasa rumahan yang khas.
Tak hanya itu, menu lainnya juga beragam tersedia di usaha miliknya, mulai dari telur crispy, fried chicken, stik kentang, nugget ayam, hingga makanan khas Palembang seperti pempek, model, dan tekwan.
Permintaan konsumen yang terus berkembang pun menjadi alasan Ristina memperluas menu tersebut.
“Awalnya cuma jual jamur, lalu ada yang nanya, ‘Ada ayam geprek, Dak? Ada yang pakai nasi nggak?’,” kenangnya.
Merespons permintaan itu, tentu ia pun mulai bereksperimen dengan resep-resep ayam geprek yang banyak beredar di internet.
Untuk menyempurnakan cita rasa ayam geprek, Ristina tak puas hanya mengandalkan resep yang sudah ada.
Ia meracik sendiri bumbu dengan bereksperimen dari berbagai sumber di internet, lalu menyesuaikannya dengan selera pribadinya.
“Banyak ayam geprek di Martapura, tapi saya belum menemukan yang cocok di lidah saya. Jadi saya cari tahu cara membuatnya dan saya kreasikan sendiri,” katanya.
Tidak puas hanya meniru, Ristina memodifikasi bumbu sesuai dengan seleranya. Hasilnya? “Alhamdulillah laku, dan semakin hari semakin banyak pelanggan,” ujarnya sambil tersenyum.
Pada awalnya, seluruh proses dilakukan di rumah. Seiring bertambahnya pelanggan, usaha yang awalnya hanya dijalankan dari rumah kini sudah berpindah ke warung.
Dukungan dari sang suami menjadi kunci utama, meski keduanya sepakat untuk tidak berutang dan hanya mengandalkan tabungan.
“Suami saya tidak mau usaha ini dimodali dari hutang. Jadi kami menabung dulu,” katanya.
Tantangan lain yang dihadapi adalah pasokan bahan baku, terutama jamur. “Kalau beli di pasar, sering harganya mahal dan kualitasnya kurang baik kadang sudah menguning,” jelasnya.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Ristina akhirnya mencari pemasok langsung dari tempat budidaya jamur langsung dari petani lokal. Kini, pasokan jamur pun lebih terjamin baik dari segi kualitas maupun harga.
Berbeda dengan jamur, bahan baku ayam tidak terlalu sulit ditemukan. Hal ini mempermudah proses produksi menu-menu unggulan yang kini menjadi favorit pelanggan.
Untuk memperkaya pilihan menu dan meningkatkan daya tarik warungnya, Ristina juga menggandeng kerabat untuk menghadirkan makanan khas Palembang.
Langkah ini terbukti membawa keberagaman dan memperluas segmen pasar UMKM Jamocy.
Meski telah berkembang, Ristina mengaku belum pernah menerima bantuan dari pemerintah daerah.
Ia berharap perhatian lebih dapat diberikan kepada pelaku UMKM kecil yang masih berjuang mandiri.
“Bagi kami pelaku UMKM kecil, modal sangat penting. Kalau tidak ada modal, perkembangan usaha jadi lambat. Kami berharap ada bantuan yang sesuai dengan kebutuhan UMKM masing-masing,” ujarnya penuh harap.
Jamocy Martapura menjadi bukti nyata bahwa kreativitas, kerja keras, dan dukungan keluarga mampu membangun usaha dari nol, bahkan dalam masa-masa tersulit. Usaha ini tak hanya menghidupi keluarga Ristina, tapi juga menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM lain di OKU Timur. (BF)