https://proletarmedia.com Puasa dan Pengendalian Rakus Makan
*Sulatin*
( _Ketua Bidang Hikmah Pemuda Muhammadiyah Manggarai Timur_ )
Rakus makan merupakan salah satu akhlak tercela yang dapat mengotori hati. Hal itu disampaikan Oleh Imam Al Ghazali didalam kitabnya yang berjudul 40 Prinsip Agama.
Kerakusan dalam makan merupakan biang keburukan. Lambung merupakan sumber syahwat. Dari situlah timbul nafsu berahi. Kemudian, jika nafsu makan dan berahi sudah menguasai, maka timbulah keserakahan terhadap harta. Setelah itu muncullah nafsu kehormatan.
Terkait dengan rakus makan, ulama Abu Sulaiman ad-Darani mengatakan: “Barang siapa kenyang, maka dia akan kemasukan enam penyakit: 1. Hilangnya kelezatan ibadah, 2. Terhalang dari menghafal ilmu, 3. Tidak memiliki rasa sayang kepada manusia karena jika ia kenyang, dia akan mengurangi bahwa seluruh manusia juga kenyang, 4. Berat untuk beribadah, 5. Meningkatnya nafsu, 6. Bahwa seluruh orang mukmin berputar diantara masjid-masjid, sementara dia berputar disekitar tempat buang air.
Momentum puasa ramadhan kali ini dapat menjadi antitesa dari akhlak tercela rakus makan. Puasa dapat menjadi momentum pengendalian nafsu tercela agar dapat menuju nafsu mutmainah. Mencapai derajat orang-orang bertaqwa.
Aspek material dari puasa yang kita rasakan adalah menahan rasa lapar. Menahan diri agar tidak makan dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Puasa dalam pengertian ini tentu dapat berguna untuk menekan nafsu rakus makan.
Ada sebuah hadis yang menarik untuk kita renungkan selama bulan Ramadhan kaitannya dengan larangan rakus makan, lapar, puasa: Nabi pernah bersabda, “Yang paling mulia diantara kalian disisi Allah Ta’ala adalah yang paling lama (menahan) lapar dan berpikirnya. Dan yang paling dibenci oleh diantara kalian disisi Allah Ta’ala adalah orang yang banyak makan, minum dan tidur”.
Rahasia dimuliakan Lapar menurut Imam al-Ghazali adalah sebagai berikut;
1. Menjernihkan hati dan menuntun kearifan. Sebab kenyang mendatangkan kemalasan dan membutakan hati. Nabi Saw Bersabda, “barang siapa yang melaparkan perutnya, maka akan hebatlah pikirannya dan akalnya akan cerdas”
2. Melembutkan hati hingga dapat merasakan kelezatan munajat dan mendapat pengaruh zikir dan ibadah (Al-Junaid).
3.Menundukkan hawa nafsu dan menghilangkan kesombongan dan kelaliman hati.
4. Menghancurkan nafsu maksiat, menguasai nafsu amarah yang mengajak pada jalan keburukkan. A’isyah r.a. berkata: “bid’ah pertama kali yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah Saw. adalah kenyang.
Selamat berpuasa, selamat mengendalikan rakus makan. Kelak kita ibarat pembakaran logam untuk menghasilkan emas. Puasa kita, menjadi pembakaran diri, “Minazzulumati ilannur”.
“Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung ”. (HR Bukhari dalam Shahihnya: 7/226 dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).